Halo sahabat Manda, apa kabarnya? Setelah pembahasan tentang pleasure people marak dibahas oleh banyak psikolog yang menganut paham self-love, kini gilirannya Manda membahas tentang realitanya di kehidupan sehari-hari.
Tak terasa sudah 40 tahun ya tahun ini, sengaja ingin membagikan apa yang pernah kulalui dan apa yang pernah kudengar dari pengalaman orang lain. Saya selalu senang belajar dan berbagi, karena saya tidak pernah tahu, amalan pemberat apa yang membawa saya nanti sampai ke surga.
Menghadapi Orang 3D
3D atau ENEG, menyebarkan energi negatif yang berupa Dongkol, Dengki (iri hati) dan Dendam. Kita nggak pernah tahu, apakah yang kita lakukan atau yang kita ceritakan membuat orang lain 3D terhadap kita. Ada beberapa hal di luar kita yang nggak bisa kita kendalikan, oleh karenanya kadang sikap yang paling tepat adalah mengabaikan.
Sebiasa apapun kita, pasti ada saja yang menganggap kita berlebihan.
Saya jadi teringat pernah punya kawan yang keberatan kalau status kita makan dan jalan, setiap kita bikin status WA, dia selalu membuat status sindiran yang menyerang status kita tentang makan dan jalan. Langkah memute status orang itu sudah merupakan jalan terbaik. Waktu berlalu, tahun berganti, tiba saatnya dia mempunyai kesempatan untuk berwisata ke banyak tempat karena pekerjaannya yang memang dari pulau ke pulau. Diceritakan oleh kawan saya, bahwa statusnya sekarang makan dan jalan. Persis sama dengan yang saya biasa lakukan.
Moral cerita : Terkadang kita tidak pernah tahu, bahwa orang yang selalu komplain pada kita tandanya dia adalah fans garis keras kita. Karena waktunya akan terbuang banyak untuk melihat status kita dan lalu menanam ENEG dalam dirinya atas apa yang kita unggah. Kasihan ya! Makanya, kita harus membiasakan diri untuk "ikut serta dalam kebahagiaan orang lain, supaya kebahagiaan kita didekatkan olehNya dan semesta".
Bertemu dengan Orang yang Tak Terkalahkan
Hayo lo... Sudah pernah bertemu dengan "orang sulit" model ini? Ya, orang yang tidak terkalahkan biasanya orang yang merasa super power, bisa jadi dia orang yang kompeten di suatu keahlian dan merasa orang lain disekelilingnya dianggap sebagai saingan. Orang sulit kadang kebanyakan aturan dan tidak bisa dibantah dengan aturannya.
Orang seperti ini cenderung selalu mendebat dan tidak sepaham dengan apa yang kita katakan.
Dalam bahasa kekinian, mereka bukan berada di circle kita dan pastinya tidak sefrekuensi. Orang sulit memang tidak asyik, karena selalu meng-counter balik apa yang kita katakan, misalnya :
Saya : "Ya iyalah, kan kita bestie."
Dia : "Ih, emang aku bestie kamu?"
Saya : "Duh jadi pengen segera bisa selesai trus liat hasilnya."
Dia : "Pengen segera bisa narsis ya" (memberi sentimen negatif pada komennya)
Bagaimana menghadapi orang sulit? Kalau saya pengennya tinggalkan. Tetapi kalau masih ada keterikatan pekerjaan, ya terpaksanya diam saja. Memberi panggung pada orang sulit tadi.
Bertemu dengan One Man Show di Sebuah TEAM
Ketika Niat Baik Tidak Selamanya Diterima Baik
Hidup adalah tentang pilihan. Kita tidak bisa mengendalikan pikiran dan perasaan yang orang lain, tapi kita bisa mengendalikan pikiran dan perasaan kita.
Yuk, belajar menjadi orang yang bisa diterima semua kalangan tanpa harus menjadi orang lain.
Kalau sahabat Manda punya pengalaman yang sama, boleh banget berbagi di kolom komentar ya.
Iiihhhh samaaa banget Mbaa. Aku juga akan lebih milih untuk ninggalin 3 jenis orang begitu. Auranya udah ga enak dari awal, daripada ketularan , atau moodku sendiri yg jadi rusak, aku milih ga akan deket2 Ama mereka.
BalasHapusTapi memang susah kalo ada terikat kerja yaa.
Itu mau ga mau hrs selesaikan dulu, baru setelah itu bhaaaay 😂😄.
Pernah ada juga tipe begini di circle ku . Tapi aku memilih ga akan peduliin orangnya. Anggab kutu aja, ga terlihat 😁