Beberapa tahun terakhir ini, media sosial banyak membahas tentang NPD. Barangkali sahabat Manda baru mendengar istilah NPD dari membaca blog ini, Manda akan kupas dari awal tentang NPD ini ya. NPD bukan narsis yang tiap pengkolan selalu selfie/wefie ya, bukan juga No PD. Justru ... NPD ini sering tidak disadari oleh penderitanya. Lalu, apa itu NPD?
Narasumber kali ini adalah mba Kartika Soeminar yang ternyata sudah 23 tahun pernah mengalami fase depresi kronis akibat perlakuan abusive dari pengidap NPD. Wah, tentunya kita jadi belajar banyak dari mba Kartika ini mengenai NPD. Pada kesempatan #KEBIntimate ini juga hadir ibu Ery Surayka, seorang psikolog klinis yang akan menjelaskan NPD secara teori keilmuan dan pengalaman beliau menghadapi korban dari NPD yg datang menemuinya. Event KEB Intimate ini dimoderatori oleh kak Indah Juli.
NPD merupakan salah satu turunan penyakit kejiwaan tentang sebuah kebutuhan untuk divalidasi secara berlebihan. Pengidap NPD akan mudah cemas, stress, marah, depresi hingga gangguan otot dan syaraf jika tidak terpenuhi validasi seperti yg diharapkannya dari lingkungan sekitar.
Pengidap NPD selalu ingin dipuja-puji terus menerus hingga membuatnya berada di atas angin. Sayangnya, para pengidap NPD seringkali tidak menyadari jika dirinya memiliki sifat narsistik yang ekstrem atau dikenal dengan sebutan NPD.
Kampanye bertajuk #BrokenButUnbroken ini merupakan bentuk kepedulian Kartika Soeminar kepada seluruh perempuan Indonesia. Kampanye ini merupakan buah perjuangannya bangkit dan move on dari pengidap NPD. Bersama komunitas Kumpulan Emak Blogger (KEB), Kartika keliling ke sejumlah kota besar di Indonesia untuk mengedukasi masyarakat, khususnya perempuan tentang pentingnya memahami gangguan NPD dan cara menghadapinya. Kampanye bertajuk #BrokenButUnbroken ini sudah berlangsung di 5 kota, dari Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan juga Solo.
Berkesempatan hadir dalam acara yang bertajuk #KEBIntimate merupakan sebuah keberuntungan tersendiri untuk saya karena bisa mendapatkan ilmu dari pakar psikolog sekaligus dengan korban dari perlakuan pengidap NPD.
Ibu Ery menguraikan definisi NPD sebagai seseorang yang cenderung tidak percaya diri dan minder. Pengidap NPD berada didalam dimensi berfikir bahwa kesempurnaan adalah miliknya. Dalam berelasi, pengidap NPD ingin selalu tampil menonjol secara penampilan maupun kinerja sehingga dia selalu ingin mendapatkan pujian.
"Orang NPD biasanya sukses, jabatannya keren, banyak penggemar, good looking, sosialisasinya bagus, mapan dan loveable. Dalam berelasi dia terus minta validasi, ketika tidak divalidasi dia akan merasa kecewa dan marah. Jadi sebenarnya pengidap NPD cenderung minder dan akan selalu terlihat memakai topeng."
Menurut ibu Ery, setidaknya ada dua faktor seseorang bisa terdiagnosa NPD, yaitu :
1. Faktor Genetik.
Biasanya dalam satu garis
keturunan terdapat gen NPD pada salah satu anggota keluarga yang bisa
diwariskan pada anggota lainnya.
2. Pola Asuh.
Banyak kasus NPD yang ditemukan
justru dari pola asuh yang salah sejak kecil. Pola asuh turut membentuk sang
anak menjadi seseorang yang berbakat tumbuh menjadi seorang NPD.
Pola asuh yang menumbuhkan bibit NPD pada anak adalah pola asuh yang membentuk sang anak dengan citra kesempurnaan tanpa cacat cela. Orang tua yang memanjakan dan memberikan penghargaan ke anak secata berlebihan, sehingga anak menjadi overproud dan haus akan validasi/pujian.
PR banget ya untuk kita semua
para orang tua, siapa tahu di keluarga kita tanpa disadari kita telah
menumbuhkan bibit NPD ke ponakan/anak. Parenting memang sangat unik dan butuh
wawasan luas dalam mempraktekkannya. Tidak hanya mengenalkan mereka tentang kebaikan,
prestasi dan pujian. Melainkan juga mengenalka pada mereka bahwa di sekeliling
mereka nanti tidak hanya orang baik saja, melainkan ada kata-kata yang kasar,
orang-orang yang keras, dan mereka harus disiapkan mental ketika harus gagal
dan jatuh. Paling penting adalah menumbuhkan rasa percaya diri yang apa adanya
ke anak kita. Dan tentunya, tidak bisa selalu terlihat sempurna.
Apa Bahayanya Hidup Bersama Pengidap NPD?
Bagi sebagian kecil orang yang sudah tahu tentang NPD ini mungkin akan lebih aware untuk menghindarkan diri sebagai korban dari NPD. Namun demikian, banyak dari kita yang belum tahu tentang NPD dan bahayanya ternyata ke psikologis dari korban NPD.
Kekerasan psikologis yang
dilakukan pengidap NPD kepada orang disekitarnya, khususnya pasangan tentu akan
meninggalkan jejak luka dan trauma yang cukup serius. Biasanya, para korban
dari NPD ini umumnya merasakan dua efek psikologis, yaitu :
1. Gangguan kecemasan, korban
merasa cemas karena setiap saat harus memberikan pujian kepada pasangannya
(dalam hal ini jika pasangannya seorang NPD), jika tidak memberi pujian maka
ada hukuman yg disiapkan oleh si NPD kepada pasangannya.
2. Self Blaming, para korban
cenderung menyalahkan dirinya. Kalau bertahan, maka harus siap mental supaya
tidak jadi kena mental. Sementara kalau meninggalkan pasangannya yang NPD,
korban takut dikecam sekitar sebagai pasangan yang buruk karena tidak bersyukur
mendapat pasangan yg mendekati sempurna (tetapi sayangnya NPD)
Bagaimana Cara Menghadapi Pengidap NPD Supaya Tidak Menjadi Korbannya?
Jika kebetulan kita merasakan hawa-hawa berelasi dengan si NPD entah dalam circle keluarga atau circle pertemanan, maka berikut adalah hal yang sebaiknya kita lakukan untuk tidak berlanjut menjadi korban dari NPD tersebut, yaitu :
1. Metode Gray Rock, menjadi
orang yang membosankan agar tidak menarik (emosi flat, monoton) dan hindari
kontak mata dengan orang yang mempunyai ciri-ciri NPD di circle kita.
2. Batasi emosi dan lebih baik
tidak terlibat jauh secara emosional. Misalnya memuji berlebihan dan merasa
dekat secara perasaan.
3. Tetapkan Batasan dan
komunikasi yang jelas dengan memahami kondisi mereka.
4. Jaga Kesehatan mental dengan
memilih circle pertemanan yang positif dan memilih tidak terlibat jauh dengan
circle para pengidap NPD.
5. Cari bantuan professional.
Dari sekian cara menghindari yang disampaikan oleh bu Ery, mba Kartika menambahkan bahwa mempunyai circle yang saling mensupport positive dan tetap sibuk adalah cara penyembuhannya. Tak heran jika mba Kartika malah produktif menghasilkan karya, terbukti lagu dan bukunya akan dilaunching bulan Oktober. Buat yang pengen gercepin PO sudah bisa dibuka pre-sale di bulan September 2024.
Pengobatan Pada Korban NPD
Tentunya disekitar kita tanpa kita sadari banyak yang mungkin menjadi korban NPD, baik di circle keluarga maupun pertemanan. Langkahnya untuk para korban NPD dianjurkan untuk segera melakukan observasi dan konsultasi kepada ahli jika dirinya memiliki pasangan/teman dengan gejala NPD. Biasanya psikolog akan membantu dalam pemulihan trauma dan bangkit dari depresi. Para ahli akan menyarankan metode psikoterapi, hypnoterapi, self healing hingga family terapi.
Harapan dari terselenggaranya acara ini bahwa NPD tidak boleh dianggap remeh, memberi edukasi yang tepat tentang NPD bisa menghindarkan kita semua dari menjadi korban dan tidak menjadikan orang yang berperan dalam menumbuhkan bibit NPD ke generasi berikutnya. Semoga kita senantiasa bisa terus belajar untuk menambah wawasan, mengedukasi diri sendiri dan lalu membagikan ilmu yg kita punya untuk menolong orang lain supaya tidak terjebak dalam sebuah circle bersama NPD.
Jadi tercerahkan banget setelah ikut sharing session KEB kemarin ya nda. Ternyta NPD separah dan seberbahaya itu
BalasHapusBanyak yang nggak menyadari kalau NPD bisa sangat mempengaruhi orang terdekat. Hanya saja si penderita malah nggak nyadarin kalau dia udah nyakitin banget dan mempengaruhi mental
Hapusternyata iya, naudzubillah mindzaalik mudah2an kita selalu didekatkan oleh orang2 yang sefrekuensi dengan kita biar ga makan ati dan bikin kena mental..
HapusJadi PR nih untuk lebih aware dengan lingkungan sekitar. NPD gak ada obatnya tapi bisa diterapi ya..Terima kasihatas insightnya, Manda. Jadi lebih paham seluk beluk NPD dan tahu cara mengahadapinya ..
BalasHapussemoga menjadi teredukasi juga utk perempuan dan sekitarnya ya mak
HapusKayaknya aku sering Gray Rock, nih. Makanya, jarang ada orang NPD betah sama aku. Bahaya banget ya efek NPD ini bagi penyandang maupun orang di sekitarnya
BalasHapusmau diajarin biar bisa gray rock style, mak...
HapusMemang perlu diterapkan sih ini NPD. Aplagi bagi orang yg aware mungkin sudah diterapkan lebih dulu,
BalasHapusNewsartstory
Bahaya juga Pengidap NPD ini ya, Mbak. Jadi walau tidak ada turunan genetik, tapi kalau salah pola asih, maka bisa menyebabkan NPD. Jadi kuncinya di sini, Pola asuh orang tua harus tepat dan benar pada anak.
BalasHapusbenar mas, justru yg serem krn pola asuh ternyatanya
HapusWah...gimana caranya bersikap Gray Rock itu? Seringkali kita pun engga sadar lawan bicara kita itu NPD atau bukan. Harus banyak belajar lagi nih ciri-ciri orang dengan NPD. Apalagi kalau berlindung di balik pesona gitu...
BalasHapusnah kaaann karena pesonanya begitu bikin klepek klepek kata mba Kartika, jadinya mereka bisa playing victim juga
HapusTernyata masalah NPD ini buka sekadar narsis tak terkendali ya, tapi bisa sampai menyakiti orang di sekitarnya. Bener-bener nih, mesti lebih banyak belajar tentang parenting supaya nggak salah mengasuh anak.
BalasHapusjustru ga ada hubungannya sama yg narsis alias tukang foto mba >_<
HapusAcara yang edukatif nih #KEBIntimate. Bagus banget!...jadi nambah wawasan soal NPD dan peserta mendapatkan ilmu dari psikolog sekaligus langsung dapat pengalaman dari korban perlakuan pengidap NPD.
BalasHapusSeringkali rejeki itu bukan hanya dari materi yaa.. tapi dengan teman-teman dan circle yang positive seperti KEB ini menjadikan kita semua memaknai rejeki dengan luas.
HapusTermasuk jadi memperoleh rejeki belajar bareng ka Kartika Soeminar dan para psikolog ternama.
Haturnuhun Manda, uda berbagi..
Hebat kak Kartika ini membahas soal NPD ini dengan lugas, sehingga membuka khasanah buat kita agar bisa lebih hati-hati terhadap sekeliling, yang siapa tahu aja ada pengidap serupa
BalasHapusBeruntung ilmu Parenting semakin maju ya? Sehingga bisa meminimalisir kasus NPD
BalasHapusNPD ini kan gak disadari oleh pengidap nya, tau tau pasangan yang semula nampak rukun jadi berantem dan berpisah
Dengan sosialisasi seperti ini, bisa menggugah si pengidap nya juga untuk lebih peduli sehingga lekas mendapat penanganan lebih lanjut ya Ambu
HapusSelain karena pola asuh, NPD bisa juga karena keturunan. Wah pemahaman baru untuk saya nih mbak.
BalasHapusNPD ini emang semacam bahaya laten ya, karena pengidapnya tak menyadari kalau ini adalah kelainan, yang bisa jadi merugikan orang terdekatnya
Seringkali mungkin korban NPD ini gak paham kalau sedang ada di circle yang toxic yaa..
BalasHapusJadi senantiasa cek lagi untuk kesehatan mental, mungkin bisa meminta bantuan kepada tenaga professional, ini salah satu langkah yang bijak.
Menakutkan si kalau jadi korban NPD, tapi juga takut kalau mengidap NPD.
BalasHapusBaca ini, terutama tips menghadapi pelaku NPD, saya jadi ingat kalau semua tips tersebut sering saya lakukan dalam dunia pertemanan sejak dulu.
Bahkan dalam dunia mencari jodoh. Mungkin karena itu, saya tidak pernah merasa terjebak dengan teman yang ga baik.
Cape jika harus berhadapan orang dgn NPD !
BalasHapusMereka kerap kali meremehkan orang lain dan ingin menang sendiri, baiknya kuta juga harus bisa menerapkan batasan sertabersikak tegas jika sudah tidak bisa ditolerir
amit-amit! #ketokmeja7kali
BalasHapusjangan sampai kejadian.
tapi satu hal yang belakangan hari kutemukan dari orang-orang yang punya kecenderungan negatif ini adalah bahwa mereka adalah korban dari keluarga dan lingkungan di masa pertumbuhan mereka.
Sosialisasi NPD ini semakin gencar, alhamdulillaah ya Manda. Masyarakat jadi bisa waspada sedini mungkin jika ada orang terdekat yang memiliki ciri-ciri penyakit ini. Salut sama mbak Kartika yang selama 23 tahun terkekang jiwanya dengan pasangan yang NPD. Sekarang sudah bebas dan berusaha bahagia. TFS.
BalasHapusBisa berjuang melewati ini semua pastinya butuh waktu, terimakasih Manda udh menceritakan kembali pengalaman ini yaa...
BalasHapusAku masih awam banget sama NPD ini. Gak nyangka ada orang yang kalau di dunia nyata kutemui pasti bikin gregetan parah saking sebelnya ya. Keren mba Kartika bisa 23 tahun bertahan sama orang NPD
BalasHapusiya bener banget, tanpa kita sadari ternyata kita udh pernah ketemu pengidap NPD gitu aya..
HapusNgeri banget yaa NPD ini, yg babak belur malah korbannya, pelakunya tetap bisa senang-senang gak merasa bersalah.
BalasHapusnah nah nah pelaku NPD sehat mental dan tetap memesona, eh korbannya kena mental, huhuhuhuhu
HapusNPD ini sama dengan gangguan psikologis yang cukup extreme. Anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh pujian berlebih, (katanya) orang tuanya bisa jadi memiliki kondisi psikologis yang serupa (orang tua yang narcisstic). :( Ini buat kita aware juga bagaimana bergaul sama orang tua yang narsistic, Mbak.
BalasHapusbenaaarr, anak2 pastinya ga tahu kl dia terpola NPD justru krn dipolakan ortunya juga
HapusNgeri banget ya kalau ada anggota keluarga yang NPD dan pengidapnya gak sadar. Tinggal lingkungan sekitarnya deh yang harus waspada biar gak jadi korban pengidap NPD y kak...
BalasHapusSaya pernah berinteraksi dengan seseorang yang saya curigai memiliki NPD. Setelah membaca artikel ini, saya merasa lebih lega karena akhirnya mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Next, jika melihat teemen ada yang mengarah ke ciri ciri NPD langsung saya minta mencari bantuan kepada yang expert
BalasHapusMendekati sempurna tapi sesungguhnya NPD. Ngeri sekali.
BalasHapusTernyata bukan hanya bisa diturunkan lewat genetika, tapi juga dari pola asuh yang terlalu memanjakan dan membentuk citra si anak sebagai sosok yang sempurna. Wadudu ....
Masya Allah sekian lama mbak Kartika bisa bangkit juga dari pelaku NPD. Bahkan pelaku sendiri juga tidak sadar dengan apa yg dilakukannya ya hingga orang terdekat jadi korban. Semoga dengan pola asuh yang lebih berkembang tidak lagi membentuk pelaku yang NPD.
BalasHapusAlhamdulillah dapat ilmu lagi tentang NPD. Makasih sharingnya ya Manda. Lengkap jadi lebih paham.
BalasHapuskemarin juga viral di tiktok tentang NPD dan memang ini kadang tidak disadari oleh pengidapnya. apalagi yg udah dewasa dan tua, klu dinasehati kitanya yg dianggap salah. tp kita bisa memutusnya dari anak anak kita ya. tidak terlalu memuji berlebihan, tidak terlalu mengkultuskan prestasi anak misalnya. biar anak kita tidak menjadi pribadi yg haus validasi
BalasHapusMEmbayangkan pergulatan batin mbak Kartika Soeminar dalam menghadapi orang NPD, betapa kuat mentalnya. Alhamdulillah bisa lepas dan bahagia ya.
BalasHapusNoted, jangan puji dan manjakan anak berlebihan karena tidak baik.
Wah bisa menurun ya NPD ini dan pola asuh juga pengaruh ya. Kalau pola asuh pengaruh. Berarti orang NPD berarti juga korban dari orang tuanya ya. PR banget nih untuk para orang tua. Soal pola asuh. Utamanya untuk anak-anak laki-laki
BalasHapusKoq ada ya orang yang mengidap NPD, berbahaya banget ini. Berbahaya buat dianya sendiri dan juga buat orang-orang yang ada di sekitarnya.
BalasHapusInformasi ini penting nih biar semakin banyak yang aware dengan adanya NPD dan tahu apa yang harus dilakukan jika bertemu dengan orang yang mempunyai karakter seperti ini
Narsis ekstrem tapi ora nyadar ya? Wahahaha repot juga ya klo ketemu orang jenis ini hihihi
BalasHapusBahaya banget ya punya pasangan NPD..
BalasHapusaku tinggal di kota yang kalo ketemu sama senior terpaksa selalu bilang "ketua" hehe, haduh keknya banyak penderita NPD di daerah aku. tapi apa pun itu jangan berlebih-lebihan dalam berucap, bertindak dan berperilaku
BalasHapusUdah trauma sama orang NPD, agak sulit ngadepinnya. Berasa paling bener dan selalu dia dia diaaa aja yang jadi topik obrolan. Cukup diam aja sihh jadinya
BalasHapusEntah ini berkesinambungan atau tidak. Tapi, dari yang saya alami, saya sering kali berhadapan dengan orang-orang yang ciri-cirinya seperti NPD di saat kuliah, dan mereka berasal dari kalangan orang kaya. Pernah suatu hari dia bercerita, curhat kalau teman-temannya di kuliah cenderung apatis. Dia berkata seperti ini karena kata dia, teman-teman di kuliah tidak mau membantu mengerjakan tugas bersama mereka yang tidak mengerti.
BalasHapusSaya pun aneh, dan bilang ke dia "Lu kalau gak ngerti ya datanglah ke teman yang mengerti, bukan mengharapkan teman mulu yang harus datang duluan".
Orang yang saya maksud ini juga sering merasa pintar akan segala hal dan suka mengukur kemampuan orang berdasarkan kacamata nya yang kecil. Jengkel, tapi saya sih puas saja sudah tidak bertemu dengannya lagi.